[MOVIE REVIEW] The Purge (2013): One Night A Year, All Crime Is Legal
Diluar review jelek tentang film ini, saya sih cukup menikmatinya karena
ide film ini brilian. The Purge merupakan
film action-horror yang ditulis dan
disutradarai oleh James DeMonaco. Film
ini dianggap sukses dipasaran untuk sebuah film yang low budget. Mendulang hampir 30 kali lipat dari biaya pembuatannya
dan menjadi hits di awal tahun 2013
karena premisnya yang dianggap nyeleneh.
Siapa sangka di tahun 2022
Amerika Serikat akan menjadi negara yang lahir kembali dan mempunya New Founding Fathers. Untuk menjaga
angka pengangguran juga kriminalitas tetap rendah, pemerintah memberlakukan 12
jam annual “The Purge” atau pembersihan, atau dalam hal ini penyucian atau
penebusan dosa. Dalam 12 jam (mulai jam 7 malam hingga 7 pagi) tersebut semua
tindakan kriminalitas (pembunuhan,
perampokan, pemerkosaan) dilegalkan baik bersenjata ataupun tidak walaupun
penggunaan senjata tingkat 4 (bom, roket, misil) dilarang. Saat pelaksanaan The Purge semua social services seperti polisi dan ambulan, dan pemadam kebakaran dalam status tidak aktif
dan para korban The Purge akan ‘diurus’
keesokan harinya. Saat pelaksaannya siapapun dilarang menyerang pejabat
pemerintah dalam level 10. Mereka harus tetap tanpa luka apapun alasannya. The Purge hanya berlaku bagi setiap warga
sipil Amerika Serikat untuk melampiaskan hasrat ‘kebinatangannya’ setelah 1
tahun tidak boleh melakukan tindakan kriminalitas. Gila kan!
James Sandin (Ethan Hawke) merupakan seorang developer untuk security home bagi orang-orang kaya di kawasan perumahan elit. Sistem
tersebut diklaim mampu bertahan dan sangat aman terutama pada saat annual “The Purge”. James Sandin dan
istrinya, Mary Sandin (Lena Headey) bersama
kedua anak mereka Zoey (Adelaide Kane)
dan Charlie (Max Burkholder)
dianggap keluarga yang diuntungkan dari diadakannya annual The Purge ini. James selalu menganggap security home yang
terpasang di setiap sudut rumahnya itu sangat aman sehingga tidak akan ada
siapapun yang menerobos masuk, hingga pada suatu saat sang putra, Charlie
melakukan sebuah tindakan yang membahayakan seluruh anggota keluarga.
Meskipun premis yang dimiliki
film ini sangat unik dan tergolong original, namun sepertinya sang sutradara
kebingungan untuk mengeksekusi ide-ide brilian tersebut kesebuah cerita horror
yang dialami sebuah keluarga. Film ini tidak digarap secara maksimal.
Untuk sebuah kritik, film ini
sangat sarat akan kritik terhadap pemerintahan New America dimana di film ini terlihat bahwa The Purge merupakan ajang pelampiasan emosi atau sebuah katarsis
dari rakyat Amerika, dan hal ini dianggap sebagai bentuk patriotisme dimana
Amerika bisa menjaga angka pengangguran dan kriminalitas tetap rendah, dengan ‘saling
membunuh’. Selain itu, ketimpangan antara si kaya dan si miskin dapat terlihat
di film ini. Dimana si kaya dapat membentengi rumahnya dengan home security yang diklaim tidak dapat
dibobol, dan si miskin yang tidak mampu membentengi rumahnya pasrah saja dengan
nasibnya dan berharap dirinya tidak menjadi sasaran di The Purge. Hal tersebut tentu saja merupakan jalan termudah untuk
memberantas kemiskinan, bukan? Dalam hai ini James DeMonaco tidak mengeksplorasi penyucian diri ini dengan
maksimal, sehingga film ini terkesan hanya film pembunuhan biasa.
Ketegangan di film ini terasa
antiklimaks, tidak begitu intens. Mungkin karena setting film ini hanya di dalam
rumah, unsur kebrutalan di film ini tidak begitu terasa. Karakter para pemain
pun terasa hambar. Tidak ada yang benar-benar membuat saya jerit-jerit ataupun
loncat-loncat ketika menontonnya karena tegang. Hanya kaget, itu pun sesaat
saja. Yang membuat film ini creepy justru
topeng-topeng dan kostum-kostum yang digunakan oleh orang-orang yang melakukan
ritual penyucian. Secara keseluruhan film ini sayangnya tidak begitu istimewa, namun
cukup menghibur untuk tontonan di kala senggang.
0 komentar:
Posting Komentar